Posted on

Membina Anak Remaja yang Sulit Diatur: Pendekatan Pendidikan, Karakter, dan Peran Pemerintah


Masa remaja merupakan fase pencarian jati diri yang penuh gejolak. Tidak sedikit anak usia sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) mengalami tantangan perilaku seperti sulit diatur, membangkang, bahkan terlibat dalam tawuran, bolos sekolah, dan kebiasaan tidur larut malam. Situasi ini tentu menjadi keprihatinan bersama bagi orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah.

Namun demikian, setiap anak sejatinya memiliki potensi yang luar biasa. Tantangan perilaku tidak serta merta menjadikan anak “nakal” atau “tidak bisa dibina”. Dengan pendekatan yang tepat, penuh kesabaran, dan kolaboratif, mereka dapat diarahkan menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan bertanggung jawab.

Langkah Awal: Peran Keluarga dan Sekolah

  1. Membangun Komunikasi yang Efektif di Rumah
    Orang tua perlu membuka ruang dialog dengan anak, bukan sekadar memberi perintah. Komunikasi yang terbuka dan penuh empati akan membuat anak merasa didengar dan dihargai.
  2. Menjadi Teladan yang Konsisten
    Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tuanya. Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa untuk menjadi contoh dalam hal kedisiplinan, sopan santun, dan tanggung jawab.
  3. Pendekatan Edukatif di Sekolah
    Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar akademik, tetapi juga wahana pembinaan karakter. Guru, terutama guru Bimbingan Konseling, harus aktif mendampingi siswa yang menunjukkan gejala perilaku bermasalah. Kegiatan ekstrakurikuler juga bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyalurkan energi dan bakat anak.
  4. Kolaborasi antara Guru dan Orang Tua
    Pertemuan rutin, komunikasi terbuka, dan kerja sama yang harmonis antara sekolah dan rumah akan memperkuat proses pembinaan yang berkesinambungan.

“Anak bukanlah kertas kosong, mereka membawa warna yang perlu dipahami.”
– Ki Hajar Dewantara

Jika Pendekatan Awal Tidak Mampu Mengatasi: Apa Solusinya?

Ketika anak tetap menunjukkan perilaku yang menyimpang meski sudah dilakukan pendekatan edukatif, langkah lebih mendalam perlu dilakukan:

  • Pemetaan Akar Masalah Secara Psikososial
    Apakah anak mengalami tekanan mental? Apakah lingkungan pergaulannya toksik? Apakah ia merasa tidak dihargai di rumah atau sekolah? Jawaban atas pertanyaan ini harus ditemukan bersama dengan bantuan profesional seperti psikolog anak atau konselor.
  • Pendampingan Khusus dan Kegiatan Positif
    Melibatkan anak dalam kegiatan sosial, keagamaan, atau kerja bakti masyarakat bisa menjadi solusi untuk membentuk tanggung jawab dan empati.
  • Penempatan di Lembaga Pembinaan atau Rehabilitasi Remaja
    Dalam kondisi tertentu, anak yang sangat sulit diatur bisa ditempatkan dalam lembaga pembinaan berasrama, dengan pendekatan pendidikan karakter dan bukan hukuman.

Perlukah Pendidikan Gaya Militer untuk Anak Sulit Dididik?

Gagasan untuk menempatkan anak-anak yang sulit dididik dalam sistem pendidikan bergaya militer memang menuai pro dan kontra. Namun, bila dirancang dengan pendekatan pendidikan dan psikologis, bukan sebagai bentuk hukuman, maka sistem ini bisa menjadi solusi alternatif yang efektif.

Pelatihan bergaya militer dapat melatih kedisiplinan, tanggung jawab, keteraturan hidup, dan kerja sama tim. Namun, penting diingat bahwa program semacam ini harus dijalankan oleh tenaga profesional yang memahami psikologi remaja. Tidak semua anak cocok dengan pendekatan ini, terutama mereka yang mengalami trauma atau gangguan mental.

“Disiplin bukan soal ketakutan, tapi soal kesadaran atas tanggung jawab.”
– Anies Baswedan

Peran Pemerintah Sangat Vital

Pemerintah memiliki tanggung jawab penting dalam membangun pendidikan dan karakter anak bangsa:

  1. Penyediaan Layanan Konseling dan Rehabilitasi Remaja di Daerah
    Akses ke layanan psikologis dan pusat pendampingan remaja harus diperluas, terutama bagi keluarga tidak mampu.
  2. Penguatan Kurikulum Karakter dan Kegiatan Ekstrakurikuler
    Pemerintah melalui Kemendikbudristek terus mendorong penguatan pendidikan karakter melalui kurikulum dan kegiatan penunjang lainnya.
  3. Mendukung Pendidikan Alternatif
    Program kejuruan, pendidikan non-formal, dan pelatihan keterampilan hidup harus diperluas bagi remaja yang tidak cocok dengan sekolah formal.
  4. Patroli Sosial dan Perlindungan Anak
    Kolaborasi antara pemerintah daerah, kepolisian, dan tokoh masyarakat dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif untuk perkembangan remaja.

Rekomendasi Buku Pendukung dari Naqiba Bookstore:

  • Parenting Mencegah Kekerasan pada Anak Usia Dini – Yeni Yuliani S. dkk.
    Buku ini memberikan wawasan tentang bagaimana pola asuh berperan besar dalam pembentukan karakter anak sejak dini.
  • Peningkatan Ekonomi Masyarakat dengan Berbasis Konteks dan Kebutuhan – Buku ini menunjukkan pentingnya pemberdayaan masyarakat termasuk remaja dalam pembangunan karakter dan potensi lokal.
  • Kepemimpinan dan Budaya Organisasi – Ki Hari Sulaksono
    Buku ini relevan untuk memahami bagaimana kepemimpinan dalam lembaga pendidikan dapat membentuk budaya karakter yang positif.

Penutup: Setiap Anak Punya Harapan

Anak yang tampak “sulit” bukanlah anak yang gagal. Mereka hanya butuh ruang, bimbingan, dan kasih sayang yang konsisten. Dengan sinergi antara orang tua, sekolah, masyarakat, dan negara, kita bisa menciptakan generasi muda yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara mental dan luhur secara moral.


Machidolia Bookstore mendukung pendidikan karakter dan pembinaan remaja melalui koleksi buku-buku edukatif dan inspiratif. Mari kita bangun masa depan anak-anak Indonesia dengan pengetahuan, cinta, dan keteladanan.