Posted on Leave a comment

DO’A Itu Ibadah

Do’a berarti permohonan atau permintaan. Berasal dari kata [d’a-un-yad’un-da’aa] yang berarti memanggil. Secara istilah kata do’a berarti :

طلب الْفِعْلِ مِنَ الْأَدْنَى إِلَى الْأَعْلَى

“Tuntutan untuk melakukan suatu pekerjaan dari tingkat yang lebi rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.” “

Kata do’a dalam penggunaannya di dalam bahasa Arab mempunyai cakupan pengertian yang luas. Tidak sebatas permintaan kepada Allah SWT semata, melainkan juga mencakup permintaan kepada selain Allah SWT. Namun, dalam bahasa Indonesia, pengunaan kata ini dikhususkan bagi hamba yang memohon kepada Tuhannya, Allah SWT.

Do’a itu ‘Ibadah, ‘Ibadah itu Do’a

Para ulama berpendapat bahwa berdo’a itu hukumnya mustahab (termasuk anjuran, sunat), artinya tidak berdo’a juga tidak apa-apa. Akan tetapi, ada juga diantara mereka yang berpendapat bahwa doa itu wajib. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT QS. Al-Mumin [40]: 60 yang artinya

“Dan Rabb kalian berfirman, Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan do’a kalian. Sesungguhnya orang-orang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk Jahannam dalam keadaan hina.”

Adapun alasannya, pertama, Allah SWT berfirman dengan menggunakan fi’il amr (kata yang menunjukkan perintah). “Berdo’alah kalian kepada-Ku.” Sedangkan pada asalnya setiap perintah itu hukumnya wajib selama tidak ada dalil yang menentangnya. Kedua, Allah SWT Yang Maha Kaya juga mengancam orang-orang yang tidak suka beribadah kepada-Nya.

Shahabat Ibnu Abbas ra, sebagai seorang yang ahli dalam menafsirkan al-Qur’an, mengartikan kata “Ud’uni pada ayat di atas dengan ibadah. Demikian juga halnya dengan Imam adh-Dhabhak dan Imam Mujahid. Penafsiran kata tersebut dengan ibadah juga dikuatkan dengan ayat lain (lihat Q.S. an-Nisa (4): 117). Imam al- Bukhari dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Do’a itu adalah ibadah,” Selanjutnya beliau membacakan ayat di atas (QS. al-Mu’min [40]: 60).

Berdo’a dan beribadah itu bisa diartikan sama. Bahkan ibadah sehari-hari yang biasa kita lakukan, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam disebut shalat. Shalat yang bentuk jama nya shalawat artinya do’a, sebab tidak akan disebut shalat apabila tidak berdo’a.

Oleh karena itu, dalam kesempatan yang lain Rasulullah Saw menerangkan bahwa do’a itu sumsumnya ibadah {H.R. at-Tirmidzi). Siti Aisyah ra berkata bahwasanya Rasulullah Saw pernah ditanya, “Ibadah apakah yang paling utama ?” Beliau menjawab, “Do’a seseorang untuk dirinya.” (H.R. al-Bukhari). Shahabat Mu’adz bin Jabal ra berkata, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidak akan ber- manfaat menghindar dari taqdir. Tetapi do’a itu bermanfaat untuk menentukan apa yang menimpa dan yang tidak menimpa. Oleh karena itu hendaklah kalian berdo’a.” (H.R. Ahmad). Shahabat Ibnu Abbas ra ketika menjelaskan ayat di atas, beliau berkata, “Ibadah yang paling utama adalah berdo’a.”

Allah SWT sebagai Khaliq, dalam hal ini tidak boleh disamakan dengan makhluk. Dia Yang Maha Kaya sangat mencintai hamba- Nya yang sering meminta kepada-Nya. Sebaliknya, Dia juga sangat membenci orang yang tidak meminta karunia-Nya yang berlimpah ruah.

Maka dari itu, uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa berdo’a adalah ibadah dan ibadah tidak akan sempurna apabila tidak disertai do’a. Berdo’a hukumnya wajib, dan orang yang tidak berdo’a dikategorikan orang yang sombong. Sedangkan orang yang sombong akan dipaksa oleh Allah SWT untuk masuk ke neraka Jahannam. Wal Iyadzu Billaahi.

Syarat Dikabulnya Do’a

Terdapat beberapa syarat untuk diijabahnya sebuah do’a, yaitu

  1. Tadharru’ dan Khufyah

Tadharru’ artinya merendahkan diri dengan penuh rasa mem- butuhkan, disertai sikap menyadari kelemahan diri dan meyakini bahwa hanya Allah-lah yang dapat mencukupi segala kekurangan sekaligus memberi jalan keluar dari segala masalah yang kita hadapi. Karena tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi, jika Dia sudah berkehendak, dan tidak ada yang dapat memberi jika Dia menghalangi.

Sedangkan khufyah artinya dengan sembunyi, tidak mengeraskan suara, atau dengan suara yang lembut. Merupakan kebalikan dari ‘alaniyyah yang berarti terang-terangan. Berdo’a di dalam hati dan hanya difahami oleh hamba yang berdo’a dan Rabbnya, akan meng- hilangkan riya’ dan sum’ah. Berdo’a seperti itu, jelas diperintahkan oleh Allah SWT dan para ulama memandangnya wajib.

Allah SWT berfiman:

اُدْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

(الأعراف [۷] : ٥٥)

“Berdo’alah kalian kepada Rabb kalian dengan tadharru’ dan khufyah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melebihi batas.” (Q.S. al-A’raf [7]: 55).

Shahabat Abu Musa Al-Asy’ari r.a menceritakan, dalam sebuah perjalanan, Rasulullah Saw mendengar para shahabatnya berdo’a dengan suara yang keras. Ketika itu juga beliau bersabda kepada mereka:

يا أَيُّهَا النَّاسُ إِرْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غائبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ (البخاري ومسلم)

“Wahai manusia, kasihanilah diri kalian, karena sesungguhnya kalian tidak berdo’a kepada yang tuli dan ghaib. Sesunguhnnya Dia ada beserta kalian.Sesunguhnya Dia Maha Mendengar dan Maba Dekat.” (H.R. al- Bukhari dan Muslim).

  1. Disertai dengan usaha dan amal shalih.

Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيْبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِي إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (البقرة [٢] : ١٨٥)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku ini amat dekat. Aku akan mengabulkan do’a seseorang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka mendapat petunjuk.” (q.S. al-Baqarah [2]: 185).

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ (نام [٣٥] : ١٠)

“Kepada-Nyalah sampainya ucapan yang thayyib (do’a), dan amal shalih mengantarkannya.” (Q.S. Fathir [35]: 10).

  1. Sesuai dengan contoh Nabi Saw, untuk do’a dalam ibadah mahdhah.

Khusus untuk ibadah mahdhah, maka do’a-do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw tidak boleh diubah. Seperti dalam badah shalat, hajji, dan yang lainnya. Hal ini dikarenakan terdapat perintah dari Rasulullah Saw sendiri, yaitu:

صلوا كما رايموني أصلي (مصري)

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melibatku shalat,”

حُدُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ (سلم)

“Ambillah manasik kalian dariku (sesuai contohku).”

  1. Yakin akan dikabulkan

Do’a tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT, apabila orang yang berdo’anya sendiri tidak yakin bahwa do’anya akan dikabulkan. Sebaliknya, do’a akan dikabulkan apabila orang yang berdo’anya benar-benar yakin bahwa Allah SWT akan mengabulkannya. Rasulullah Saw bersabda:

ادعوا الله وَأَنتُمْ مُوْقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَستجيب دُعَاء مِنْ قَلْبِ لَاه (الترمذي)

“Berdo’alah kalian kepada Allah SWT dalam keadaan yakin akan diijabah. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai.” (H.R. at-Tirmidzi).

  1. Disertai permohonan untuk dikabulkannya do’a

Satu hal yang juga tidak boleh dilupakan adalah memohon kepada Allah SWT untuk senantiasa mengabulkan do’a kita. Hal ini sebagaimana telah dicontohkan oleh para nabi sebelum kita, termasuk diantaranya Nabi Muhammad Saw. Q.S. Ibrahim [14]: 40 memberikan gambaran:

رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء (ابراهيم (١٤) : ٤٠)

Ibrahim berkata) Rabbana, kabulkanlab do’aku.”

Berdo’a boleh dengan bahasa kita, tetapi kalimat-kalimat yang dicontohkan Allah dan Rasul-Nya lebih baik. Apabila kalimat- kalimat itu dirasakan kurang mewakili, tambahkan dengan bahasa kita sesuai keperluan. Tetapi mohon maghfirah dan rahmat harus diutamakan; maghfirah artinya pengampunan, berarti kita mohon bebas dari siksa neraka. Dan rahmat adalah kasih sayang, berarti kita mohon syurga.

Dikutip dari Buku “Percikan Doa” Karangan M. Rahmat Najieb

Tinggalkan Balasan